9.04.2014

Betapa Bahagianya Oleh-oleh Ufuk Timur Indonesia “NOKEN” PAPUA.

Oleh M. Mawekim



Matthew bersama teman-teman Niigata group at Yahiko sky-land
Jepang…Ya itulah nama sebuah Negara yang aku hanya tahu dari membaca sebuah buku sejarah perang dunia kedua. Aku belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di Jepang, sebuah negara yang mana selalu terlintas gambaran sebuah negara modern dengan penuh kecanggihan baik dari sisi fasilitas kehidupan maupun sumber daya manusia itu sendiri. Melihat sebuah kehidupan yang penuh dengan modernisasi yang senantiasa mengundang decak kagum dari setiap mata yang memandang.
Pada awalnya, aku tak pernah punya gambaran kecil pun untuk menengok Jepang. Namun, sang kahlik mempunyai rencana-Nya tersendiri. “Saya terpilih berangkat Jepang?” itulah satu pertanyaan yang keluar dari mulutku ketik terkagum mendengar bahwa Program JENNESYS 2.0 bekerja sama dengan Universitas Cenderawasih, Jayapura Papua, akan memberangkatkan sepuluh mahasiswa terbaiknya bersama beberapa mahasiswa/i PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dan PTS (Perguruan Tinggi Swasta) se-Indonesia ke Jepang selama seminggu lebih.  Saat itu aku mengikuti program JENESYS 2.0 yang bertemakan Social Community. Kami berangkat ke Jepang via JAL, pada 17 Juni 2014.

Matthew at Narrita International Airport
Kelompok kami dari Papua sangat special karena kami dijemput langsung oleh delegasi konsulat Jepang dari Jakarta di Jayapura. Ketika mendengar aku dan teman-teman akan berangkat ke Jepang, yang keluar dari benakku adalah “NOKEN.”  Ya, noken yang yang kini sebagai bahan pembicaraan Republik ini, mengingat Pilpres 2014 lalu menggunakan system noken di Papua. Saat itu aku menyediakan noken untuk mengalungkannya kepada host family  nanti di Jepang.  Noken itu dianyam rapi oleh ibu kandungku sebagai tas kampus.

      Sungguh bahagianya sebagai anak ufuk timur Indonesia, pedalaman Boven Digoel yang berkesempatan untuk melihat secara dekat Negara yang dijuluki negeri sakura itu.  Tak terasa aku telah menginjakkan kaki di Bandara Internasional Narita. Kami pun dijemput dan dibagi menjadi dua group, yakni grup Niigata dan Yamagata. Aku termasuk dalam group Niigata dengan tujuan mengunjungi kampung Wakatochii. Kami pun menuju hotel Shinjuku Washinton untuk menginap.

Sinkansen. Itulah nama kreta tercepat di dunia yang aku dan teman2 tumpangi, dan merupakan pengalaman pertama aku naik kreta. Maklum di Papua tidak ada kreta jadi, hihihi. Museum demi museum kami pun menengok, misalnya Edo-Tokyo Muesum, Miraikan, The Niigata Prefectural Museum dan beberapa tempat2 wisata  menarik yang ada di Jepang pun kami mengunjungi.
Makanan Kesukaan 
Hari pun semakin sore tepat pada tanggal 21 Juni 2014 jam. 17.00  waktu setempat, kami pun sampai di kampung yang telah terbenak di kepala saya ketika mendengar akan ‘home stay.’ Kami turun dari atas bis yang bertuliskan ‘Kotsu.’ Ketika sampai, warga setempat telah menyediakan ceremonial party dengan makan bersama. Hhmmm…. I really love the food in Wakatochii. Kami menghabiskan dua hari homestay bersama keluarga disana dengan memasak, mencuci, memanen hasil sayuran dan  melihat kunang-kunang pada malam hari.
Matthew foto bersama dengan Ibu Host family
 setelah pengalungan Noken

Pada malam terakhir di kampung itu , kami saling memberikan hadiah. Hadiah yang aku telah bawa dari Papua yaitu Noken. Aku berikan kepada bapak dan ibu homestay aku. Betapa bahagianya ketika home family itu menerimanya. Aku mengalungkan noken itu dan berpesan, “Suatu saat aku akan kembali ke Wakatochii.” Dan beliau mengatakan bahwa, “ini merupakan hadiah terindah” dari Indonesia (Papua).
Pengalaman yang sangat berharga dalam hidup saya setelah pulang adalah, Disiplin waktu dan Anti buang sampah sembarangan.  “Cool Japan.”  Terimakasih Telah membaca blog ini.












No comments: