----(Kisah nyata----
Di suatu desa yang terpencil, nun jauh dari keramaian kota di tahun 2003, ada seorang anak laki-laki yang duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Semangat belajarnya luar biasa. Demi sekolah, ia rela lari dari rumahnya di suatu desa tanpa sepengetahuan orang tuanya. Ia sangat bersemangat dalam mempelajari setiap mata pe
lajaran. 3 tahun kemudian tepat bulan juni tahun 2006 I mengikuti UAN (Ujian Akhir Nasional). Dia pun dinyatakan TIDAK LULUS ujian tersebut dengan kesekian puluh murid lainnya. Ketika mendengar bahwa tidak lulus UN, teman-teman dari anak laki-laki ini semua kehilangan semangat dan semua lari pada ‘Miras’, membongkar sekolah, mengancam guru-guru dan lain-lain.
Akan tetapi kalian tahu, apa yang pemuda ini lakukan? Ia membuat suatu persta yang besar serta menyiapkan makan malam dan mengundang teman-temannya dan Tua-tua yang bisa memberi nasehat. “saya membuat syukuran ketidak LULUSAN Ujian nasional saya, dan saya tahu ini suatu berkat juga untuk itulah saya membuat acara ini” itulah kata yang diungkapkan anak laki-laki tersebut ketika diberi kesempatan utk menyampaikan pesan dan kesan.Sekarang anak laki-laki tersebut telah menjadi seorang pemuda yang tampan, dan telah menyelesaikan kulianya di suatu perguruan tinggi yang ternama. Jasanya dipakai dimana-mana dan ia pun menjadi seorang motivator bagi sesama teman-temannya.
-----
Bayangkan anak itu saja bersyukur atas Ketidak Lulusannya, bagaimana dengan saudara?
* Berharap yang terbaik. Bersiap untuk yang terburuk. Memanfaatkan apa yang datang. Kesuksesan tidak diraih dengan mudah. Tanpa persiapan dan kejelian dalam bertindak, Anda mungkin tak akan pernah merasakan kesuksesan.
